Jumat, 29 Oktober 2010

Tidak DIJUAL.

 
 Tiket ini utuh dan yang berhak hanya dia. red

Tiket konser ini ga akan pernah saya jual!. Meski banyak calo yang berani tawar dengan harga lebih tinggi daripada yang saya beli. Tapi saya tau siapa yang berhak untuk tiket ini.

Saya lebay!. Dengan adanya tiket ini, saya berasa ditemani.

Tak usah ada pundi yang mengganti. Lebih baik kamu disini. (-L)

Minggu, 03 Oktober 2010

Negri Pencetak Kondom #1


Tersebutlah suatu negri yang menjadi pusat pluralisme dunia. Dimana keberagaman justru menjadi sebuah keapikan disana. Tak hanya dari penduduknya yang sangat ramah, namun disana juga terdapat 2 bangunan kudus dari 2 Agama terbesar di dunia. Maka jangan heran bila penduduk dunia banyak yang berdatangan ke negri ini. Mereka bukan hanya sekedar wisata religi, tapi keunikan yang tercipta dari negri ini pun memiliki daya tarik sendiri. Kekayaan alam sebagai penghasil karet dengan kualitas terbaik dunia menjadi salah satu pendukung kestabilan ekonomi disana, meski objek wisata sangat terlihat sebagai sumbangsih untuk devisa Negara. Tapi bukan disana pointnya. Mereka berani megklaim bahwa karet hampir menyumbang 85% untuk pendapatan perkapita Negri tersebut. Lalu bagaimana mereka bisa mengolah karet-karet tersebut sampai menjadi pemasukan terbesar ?!! Mereka mencipta,  mendominasi serta mengontrol peredaran kondom dunia.  Dan orang-orang biasa menyebut negri itu NjTZ.

Saya Samid. Ini kunjungan perdana saya ke NjTZ. Bukan karena dapat beasiswa, bukan juga untuk jalan-jalan, apalagi buat berdoa. Saya disini cuman.. nyasar!

Jumat, 01 Oktober 2010

Lukisan merah jambon

Kadang bukan hanya jambon yang ragu pada merah. Merah juga ragu pada jambon saat ia tak punya keberanian. Sebenarnya merah ingin diakui oleh crayon. Tapi terangnya jambon masih bergantung pada crayon. Jambon tak bisa berkutik dengan segala pikiran takutnya.

Merah pernah bilang, "aku bakal bareng kamu, sampai kamu nemu warna yang tepat...". Merah ga mau kehilangan jambon. Mungkin jambon juga. Tapi merah seakan menjadi warna yang pudar. Merah goyah karena takutnya jambon.

Kadang-kadang merah ga ngerti yang digambar itu buat apa. Goresan-goresannya tak tentu arah, kurang terang, lemah seperti arsiran. Meski jambon selalu punya bayangan lukisan indah atas hasil goresannya dengan merah yang dibalut sebongkah frame mahal. Tapi lagi-lagi merah pikir itu cuman khayalan. Merah lebih suka kenyataan, berjalan sedikit demi sedikit menguliti resiko yang ada. Mungkin jambon memang berhati-hati. Sabar, pelan-pelan daripada kemerungsung malah ngerusak lukisan. 

Tapi buat merah, cara jambon malah bikin ragu. Mungkin harusnya jambon punya cara laen buat tenangin dan yakinin merah. 
 
Sebenernya merah udah ngasih tanda-tanda biar sketsa yang lagi mereka bikin ini jadi lebih indah. Merah ingin jambon melengkapi arsiran-arsirannya. Merah sudah mencari media agar bisa membuat lukisan bersama jambon. Merah sudah buat sketsa jam dinding sebagai simbol menunggu crayon. Tapi mungkin jambon belum menyadari makna dan bisa menghargai semua itu. Makanya merah suka ragu atas goresan cantik jambon pada dirinya.

Merah hanya ingin semua hal itu menjadi selimut dari kesabarannya pada crayon. Merah memang sengaja membuat semua hal itu. Karena merah tau, jambon sangat hati-hati. Dan merah bisa mendapat perhatian lain dari jambon lewat semua hal yang diharapkannya itu.  

Semoga merah tak lesu dan jambon pun tau.