Senin, 03 Mei 2010

Pergi itu gampang



Teras selalu jadi saksi dari sidang kegalauan Jerom atas hidupnya. Ibu selalu menjadi hakim untuknya. Berusaha mengadili derita yang kadang tak lagi bisa dicerna oleh anak seusianya. Ibu membuka bicara dengan sedikit menurunkan kacamatanya. "...sedang kesal kamu nak..?!"

Sedikit lesu Jerom mencoba menjawab, "..Ya kira-kira begitu bu...," sambil menggaruk-garuk kakinya Jerom mengalihkan pandangan dari ibu yang mimiknya mulai berubah menjadi ingin tahu. "Tema apalagi yang akan kita angkat sekarang di teras ini nak...?!" sambut ibu dengan kuluman senyum kecil di bibirnya. "jenuh bu." jawab Jerom singkat.

Seraya membuka kembali lembaran koran yang dipegangnya, ibu bertanya, "...lalu kau ingin apa Jerom...?". "Pergi!" sambut Jerom cepat sambil berusaha melihat muka ibunya yang tertutup lembar koran yang telah lusuh karena lelah dibolak-balik."...Pergi...?" jawab ibu mulai penasaran dengan resah anaknya itu.

Jerom tak menjawab. Hanya menunduk.

Koran mulai ditanggalkan, konsentrasi hanya untuk anak bujangnya. Cangkir teh yang isinya telah semaput  pun diangkat ibu, bibirnya bertemu, menyeruput cangkir tersebut. Dirinya menggumam. " Hmm..sudah dingin nampaknya...sial". Kecewa. Ibu menaruh kembali cangkir tehnya dan mulai bicara pada Jerom. "pergi?!, kamu yakin Jerom..?!" Kepala Jerom mengangguk kecil.

Ibu hanya menatap lurus. Memulai pertanyaan secara bertubi-tubi.

"..Hmm...pergi. Apa kamu rasa itu jalan keluar terbaik?!, jenuh itu hanya ada di kepalamu Jerom..."

"..Apa aku pernah pergi dari rumah yang hanya gini-gini saja sejak 20 tahun yang lalu..?!"

"..Apa kamu lihat aku pergi dari cintaku pada ayahmu yang justru sudah lebih dahulu 'pergi'......?!"  


Jerom tetap diam. Membisu. Seperti bel rumah yang tak berpenghuni.
"..Bukan aku coba bandingkan Jerom... aku hanya ingin kau menatap.. sejauh apa itu keluhanmu, buat sesederhana mungkin... bagaimana pun itu hidupmu, buat semenarik mungkin..."

"..jenuh bukan tuhan yang cipta, tapi otak dan perasaan manusia yang memunculkannya. Coba cari cara lain melalui pikiran atau tindakan, coba sesuatu yang baru, karena jalan tak hanya satu..."

"...Pergi itu gampang... tapi kalau caramu masih sama, jenuh itu tetap datang... Dia akan terus menggerogotimu... dan kau tetap akan merasa terbuang..meski entah dimana nasibmu nanti..."

Jerom nampak geram sendiri. Mungkin dia terlalu emosi. Pengadilan teras sore itu bukan solusi. Dia tetap pergi. Mungkin hanya menyendiri. Entahlah, dia hanya Jerom. Tak sedikit pun dia bicara saat angkat kaki tinggalkan ibu.

"..dasar Jerom.." cetus ibu saat melihat anaknya pergi. 

Ibu mengambil bungkus rokok di meja, menyomot sebatang, dan mulai menyundutnya dengan korek batangan. Teras pun kembali hening. Pengadilan ditutup.

0 komentar:

Posting Komentar