Jumat, 07 Mei 2010

Mereka memanggil

Nama saya Ardi Aldisal. Itu memang yang tercantum jelas pada akte kelahiran buatan pemerintahan Jogja, Desember 1986.

Dalam jalani hidup hingga sekarang saya memang mempunyai beberapa nama panggilan, entah itu dari nama kecil, nama buatan saudara sepupu, nama hasil olok-olokan teman, sampai akhirnya nama panggilan karena munculnya anggota keluarga yang baru.

Saat kecil saya tidak punya nama khusus. Keluarga saya dan orang-orang komplek yang biasa minjem-minjem saya dari satu rumah ke rumah lain, selalu panggil Ardi. Simple seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi ada satu dari beberapa adik ibu saya yang sifatnya agak drama queen memanggil dengan nama Landi. Bagaimana terciptanya nama itu mungkin hanya dia dan tuhan serta ritual komat-kamit hasil kerjaannya tiap malam yang bisa memunculkan nama si Landi. Lagian saya rasa nama itu agak aneh. So gay.

Bergulir waktu saya mulai sekolah. Seperti biasa, kadang sekolah dan teman-teman sejawat disana dapat membuat suatu pelabelan yang aneh-aneh (Bullying mode: on).Pernah saya dipanggil babi aer, Hipo, bon2, sampai akhirnya sekarang mereka panggil saya Bone. Untuk dua nama di awal saya agak lupa prosesnya kenapa mereka panggil saya seperti itu. Tapi yang pasti saya masih ingat dengan jelas bagaimana proses metamorfosis sampai mereka panggil saya Bone.

Jujur tubuh saya memang gempal sekali saat sekolah. Perut lebar, leher menyatu dengan dagu, dada seperti memiliki kelenjar mamae (tete.red), bila jalan pun bagian dalam paha terasa saling menggesek hingga akhirnya saya suka mengeluh lecet. eiiiugh periiiih...Sodara-sodara sepupu pun mulai punya panggilan baru buat saya yaitu Godhe. katanya saya gede banget!!.Huhu..
 


 Sampai suatu saat ada teman saya yang memanggil dengan sebutan Bona. Katanya waktu itu.. "..Gw jadi inget bona si belalai panjang deh kalo liat lo...". Betul, cerita Bona si belalai panjang dan rong rong si kucing yang kerap hadir di halaman-halaman awal majalah Bobo membuat dia terinspirasi untuk memanggil saya seperti itu. Sejak saat itu rekan-rekan mulai memanggil bona, tapi karena lebih sering mengucap 'bon!' untuk memenggal nama bona, makanya mereka malah jerbiasa manggil bon2, lalu karena suatu kegiatan vandalis saya saat sekolah yang menulis boneparte besar-besar di meja guru dengan tip ex, mereka mulai memanggil saya dengan nama bone sampai sekarang dan hal ini biasanya dilakukan oleh teman-teman semasa sekolah. Tapi alhamdulillah waktu kuliah saya dipanggil dengan panggilan sesungguhnya kembali "Ardi!", hehe.. Terselamatkanlah nama pelabelan itu.

Tapi saat saya berumur 20-an pun panggilan di keluarga mulai berganti. Mamah berganti jadi Enin. Wita berganti jadi Bunda. Ni' berganti jadi mamah. Lalu saya menjadi om!. Awalnya saya menolak karena emang ga pengen ngerasa ada jarak dengan mereka dan cukup manggil nama. Tapi generasi-generasi tua di keluarga saya menentang, katanya ga ngedidik. Yailah!


Inilah wajah pelaku pemanggilan baru itu (Fera & Rere. red)

Ya mungkin seperti itulah kira-kira prosesnya.

2 komentar:

readhermind-dy mengatakan...

itu keponakan lu?
lucuuu...

Unknown mengatakan...

iya dey..hehe. Mayan deh buat di jailin..haha

Posting Komentar